Minggu, 27 November 2011

Manusia mana yang tidak ingin Bahagia

Manusia mana yang tidak ingin Bahagia

Bicara tentang kebahagiaan, siapa yang tidak mengharapkannya, semua kita pasti selalu merindukan saat-saat seperti itu datang. Tetapi dimana kita temukan kebahagiaan?, dirumah yang mewahkah?, atau saat kita merasakan berkecukupan?, tetapi adakah manusia yang merasa cukup?. Jangankan kita yang selalu berada dalam kekurangan setiap saat, orang-orang yang sudah bergelimang kemewahanpun ternyata merasakan kekurangan dan terus mengejar dan mencarinya.

Apakah mereka bahagia dengan apa yang sudah dimilikinya?, ternyata tidak selalu benar. Karena tidak sedikit diantara mereka yang bergelimang kemewahan justru selalu dihantui rasa ketakuatan dan kekhawatiran. Bahkan ada yang sibuk mengumpulkan harta, sampai tak sempat menikmatinya.

Ketahuilah sahabat, Bahwa kekayaan itu bukan milik orang yang mengumpulkannya, tetapi miliki orang yang menikmatinya”. Berapa banyak orang yang disibukkan dengan pencarian harta yang tak berkesudahan, tetapi kesibukannya tidak membuatnya sempat menikmati hasilnya. Itulah kenyataan yang kita saksikan.

Jadi kekhawatiran milik semua orang, Jika orang miskin khawatir dan takut menatap masa depan yang begitu memberatkan, sementara orang kaya juga khawatir dan takut bahkan bingung kemana harta mereka akan dihabiskan.
Lantas, apa yang dapat kita katakan untuk mereka yang hidupnya tak pernah puas dengan keadaan. Ada apa sesungguhnya dengan makhluk yang bernama manusia ini ?. Diberi nikmat dia tak pandai bersyukur, di beri cobaan keyakinan hidupnya semakin kabur. Sungguh, kebanyakan kita memang tidak tahu berterimakasih kepada Dzat yang maha memberi.

Buat kita yang meyakini bahwa ada kemudahan setelah datang kesusahan. Janganlah bersedih dengan apa yang telah tiada, janganlah gelisah dengan sesuatu yang belum ada, jangan merasa terhina karena deraan kemiskinan, jangan merasa sepi dalam kesendirian, dan jangan kita merasa papa dalam ketiadaan. Sebab perasaan-perasaan seperti ini hanya akan menumpulkan mata bathin kita tentang kemahabesaran Allah.

Bersandarlah kepada-Nya, adukan nasib diri dengan penuh ketawadhuan, intropeksilah, karena penyebab semua ini sesungguhnya bukan karena Allah tidak berpihak kepada kita, tetapi justru lahir dari kesalahan diri yang begitu banyak melanggar larangan-Nya.

Semoga Allah membuka pintu hati kita agar mampu menemukan hikmah dibalik setiap musibah yang datang. Ketahuilah dibalik setiap musibah yang menyakitkan jika kita bersabar dan bersyukur, tersimpan kebaikan yang begitu banyak.

*****
Jika kehidupan ini membuat kita tertawa sejenak,
maka suatu saat kehidupan akan membuat kita menangis.
Kenikmatan sekejap akan datang kedukaan yang panjang.
*****

Sabtu, 26 November 2011

Terapi Problematika Hati

Terapi Problematika Hati

“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabbmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbih dengan memuji Tuhanmu ketika kamu berdiri”.(Qs. Ath-Thur [52 ]: 48).

Dalam dekapan masalah yang begitu berat menghimpit, terkadang hati kecil sering lirih berujar; “Ya Allah hanya untuk inikah Engkau menciptakan aku, entah berapa kali pintaku terucap diringi linangan air mata yang kerap mengalir. Entah sudah berapa kali diri ini berharap akan datangnya perubahan dalam perbaikan, tetapi kenapa belum juga Engkau bukakan kepadaku pintu kemudahan, sehingga aku dapat merasakan seperti yang dirasakan orang lain”, apalah artinya aku hidup jika selalu didera kemalangan yang berkepanjangan”

Mungkin ungkapan itu terlontar karena kita belum membaca nasehat Rasulullah SAW ketika kita ditimpa musibah. Sebuah hadits yang diriwayatjkan oleh Bukhari dan muslim, Rasulullah bersabda:

“Janganlah seseorang dari kamu mengharapkan mati disebabkan oleh penderitaan yang menimpa padanya, maka apabila keadaan memaksa, maka berdoalah: ya Allah lanjutkanlah hidupku ini , selama hidup ini lebih baik bagiku. Dan segerakanlah matikan diriku ini, apabila mati itu lebih baik bagi ku” (muttafaq alaih)

Sahabat, Jika kita merasa kemiskinan, kekurangan hidup, sulitnya mencari nafkah dan belum datangnya jodoh adalah musibah. Maka sesungguhnya kekayaan, kemewahan, kebersamaan bahkan kepopuleran adalah musibah bagi orang-orang yang tidak mampu menjaganya. Bahkan semuanya itu adalah pintu datangnya kehinaan bagi mereka yang tak mampu bersabar dalam kenikmatan..

Sesungguhnya jika saja kita mau membandingkan tentang musibah yang kita derita dengan pemberian Allah yang tak terhingga, pasti hati kita diselimuti pujian kepada-Nya, mulut kita tak henti-hentinya melantunkan syukur.

Bahkan jika kita membuka mata bathin kita untuk menatap kemahabesaran Allah. Sungguh rasanya malu kita kepada Allah, ketika musibah datang kita mengemis kasih Allah.Agar Dia merubah penderitaan kita menjadi kebahagiaan, tetapi ketika kebahagiaan itu telah kita raih, tidak jarang kita memperlihatkan ketidak syukuran. Terkadang, betapa kita menjadi manusia yang tak tahu berbalas budi.

Sahabat, Kehidupan yang kita jalani adalah proses perjuangan yang tak pernah henti. Ada saat dimana kebahagiaan begitu akrab menemani, tetapi disaat yang lain penderitaan begitu senang bersemayam didalam hati. Sungguh, dua keadaan ini memerlukan kekuatan agar kita tetap bertahan pada kebenaran. Jika kita tidak memiliki kekuatan maka bukan saja kehidupan akan terasa menyulitkan, tetapi hari demi hari akan selalu dihinggapi rasa ketakutan.

*****
Jika kita merasa kemiskinan, kekurangan hidup, sulitnya mencari nafkah dan belum datangnya jodoh adalah musibah. Maka sesungguhnya kekayaan, kemewahan, kebersamaan, bahkan kepopuleran adalah musibah bagi orang-orang yang tidak mampu menjaganya.

Pelajaran Dari Semangat Sang Kodok

Pelajaran Dari Semangat Sang Kodok




Sekelompok kodok sedang berjalan-jalan melintasi hutan,dan dua di antara kodok tersebut jatuh kedalam sebuah lubang. Semua kodok-kodok yang lain mengelilingi lubang tersebut. Ketika melihat betapa dalamnya lubang tersebut,mereka berkata pada kedua kodok tersebut bahwa mereka lebih baik mati. Kedua kodok tersebut tak menghiraukan komentar itu dan mencuba melompat keluar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada. Kodok yang lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti melompat dan lebih baik mati.

Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengarkan kata-kata kodok yang lain dan menyerah. Dia terjatuh dan mati. Sedang kodok yang satunya tetap meneruskan untuk melompat sedapat mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok-kodok tersebut berteriak padanya agar berhenti berusaha dan mati saja. Dia bahkan berusaha lebih kuat dan akhirnya berhasil.

Ketika dia sampai diatas, ada kodok yang bertanya, "Apa kau tidak mendengar teriakan kami?". Lalu kodok itu (dengan membaca gerakan bibir kodok yang lain) menjelaskan bahawa ia pekak. Akhirnya kodok2 tesebut sedar bahwa saat di bawah tadi kodok pekak itu menganggap mereka telah memberikan semangat kepadanya.



Renungankanlah saudaraku :

Kekuatan hidup dan mati ada di lidah. Kekuatan kata-kata yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" justeru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantu mereka dalam menjalani hari-hari.

Kata-kata buruk yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" dapat membunuh mereka. Hati hatilah dengan apa yang akan diucapkan. Suarakan 'kata-kata kehidupan' kepada mereka yang sedang menjauh dari jalur hidupnya. Kadang-kadang memang sulit dimengerti bahwa 'kata-kata kehidupan' itu dapat membuat kita berfikir dan melangkah jauh dari yang kita perkirakan.

Semua orang dapat mengeluarkan 'kata-kata kehidupan' untuk membuat rakan dan teman atau bahkan kepada yang tidak kenal sekalipun untuk membuatnya bangkit darikeputus-asaanya, kejatuhannya, ataupun kemalangannya.

Sungguh indah apabila kita dapat meluangkan waktu kita untuk memberikan semangat kekuatan bagi mereka yang sedang putus asa dan jatuh.

Berfikirlah yang realistis

Berfikirlah yang realistis

Banyak filosof berkata: bahwa kita adalah seperti apa yang kita pikirkan. Kehidupan manusia adalah penjelmaan dari pikiran-pikirannya sendiri. Oleh karenanya, jika kita menghendaki ketenangan atau kegelisahan, maka kita harus mengembangkan penguasaan terhadap pikiran-pikiran kita yang menunjuk kearah kemanntapan jiwa yang menaklukan kecemasan.

Jika saja kita mau sedikit bersabar menghadapi berbagai penomena kehidupan. Dan berfikir realistis tentang berbagai hal. Kita pasti akan mendapat solusi dari berbagai permasalahan. Persoalannya adalah terkadang kita terlalu cepat memvonis segala sesuatu yang datang kepada kita, tanpa mencoba melihat kebelakang kehidupan kita. Dan kenapa rasa derita itu kerap menghantui, karena seringnya kita terlalu mudah memandang sebuah peristiwa adalah penderitaan

Tidak ada yang menyangkal beragam musibah dan penderitaan harus terjadi di dunia ini. Sebuah keniscayaan yang tidak mungkin di elakkan. Akal pikiran dan lubuk hati mengakui betapa dunia yang kita singgahi ini begitu akrab dengan musibah. Setiap kenikmatan yang direguk di dunia selalu berdampingan dengan penderitaan atau kesengsaraan.

Maka berpikirlah dengan realistis!, karena dengan sikap seperti ini, kita akan dapat mengangkat berbagai kepingan peristiwa yang memuat derita dan bencana dalam kehidupan sebagai sesuatu yang wajar dan tidak berlebihan. Dan berfikir realistis dalam menyikapi penderitaan merupakan lumbung inspirasi untuk menghadirkan kesadaran yang lebih mendalam tentang setiap aspek kehidupan.

*****
Kehidupan manusia adalah penjelmaan dari pikiran-pikirannya sendiri. Oleh karenanya, jika kita menghendaki ketenangan atau kegelisahan, maka kita harus mengembangkan penguasaan terhadap pikiran-pikiran kita yang menunjuk kearah kemantapan jiwa yang menaklukan kecemasan.

Cinta Seekor Cicak


Ketika sedang mengubahsuai rumah, seorang pemuda cuba meruntuhkan suatu tembok. Rumah di Cilacap biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang diperbuat dari kayu. Ketika tembok itu mulai roboh, dia menemui seekor cicak yang terperangkap di antara ruang kosong itu kerana kakinya melekat pada sebatang paku.

Dia berasa kasihan sekaligus hairan. Lalu dia memerhati paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibina.

Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan keadaan terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikit pun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.

Pemuda itu lalu berfikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

Pemuda itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu dari mana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya.... AHHHH!

Pemuda itu berasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.

Sungguh ini sebuah cinta...cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada haiwan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.

Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana haiwan yang kecil itu dapat memiliki kurnia yang begitu mengagumkan.

Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berfikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara lelaki, saudara perempuan..... Seiring dengan berkembangnya teknologi, akses kita untuk mendapatkan informasi berkembang sangat cepat. Tapi tak peduli sejauh apa jarak diantara kita, berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita kasihi.
JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI!!!

== Carilah TUHAN yang Lain ==

== Carilah TUHAN yang Lain ==

“brengsek…! Sialan…! Uu-uh… trotoar nggak tau diri,... bikin sakit kaki gue aja…”



Dulu, kalimat itu sering aku terlontar begitu saja dari mulut saya saat kaki saya tersandung batu trotoar. Biasanya, jari kaki langsung berdarah, atau minimal lecet. Yang lebih buruk, kadang bisa sampai bengkak berhari hari bahkan mungkin bernanah beberapa hari kemudian jika tak segera diobati.

Esok harinya, saya berpikir harus lebih berhati-hati saat berjalan, terutama di jalan yang berkerikil. Tapi yang namanya nasib, biar empat mata terpasang –-plus dua mata kaki, lebar-lebar tetap saja kalau sedang tidak beruntung ya tersandung lagi. Hingga hari ini, entah sudah kali ke berapa kaki ini terantuk batu. Tak pernah saya menghitungnya.

Manusia memang perlu belajar dari kesalahan masa lalu agar tak mengulanginya di masa yang akan datang. Konon salah satu ciri orang bodoh adalah mengulangi kesalahan yang sama akibat tak mengambil pelajaran dari kesalahan sebelumnya. Tapi bicara takdir, ciri bodoh yang satu ini mesti dikesampingkan dulu. Seperti jempol kaki saya yang berulang kali harus berdarah beradu keras dengan batu trotoar. Saya tak ingin menyalahkan batu itu yang sering saya anggap menghalangi jalan saya, padahal batu itu sudah ada di tempatnya sejak kemarin sebelum saya melewati jalan itu. Atau bahkan ia sudah di situ jauh sebelum saya lahir dan pernah juga memakan korban jutaan jempol kaki yang lain.

Jika saya sudah berhati-hati namun masih tetap terantuk juga, itu namanya takdir. Allah sudah mencatat jauh sebelum saya diciptakan bahwa yang namanya Rito kurniawan, pada hari ini, jam sekian, detik sekian, akan terantuk batu trotoar, di jalan ini, beberapa meter dari bangunan anu, kemudian terjatuh di gorong gorong karena dikejar-kejar ada orang gila Selesai? Belum! Apes banget ya gw....

Tinggal kemudian bagaimana saya mensikapi setiap keputusan Allah terhadap saya tersebut. Bersyukur kah atau mengeluh?

Ini bukan soal bahwa kemudian saya akan menerima begitu saja setiap keputusan Allah. Misalnya ketika saya sakit, maka saya tak perlu berobat karena saya pikir ini takdir Allah, dan saya yakin Allah pula yang akan mengangkat penyakit saya kelak karena Allah yang memberinya. Sebagai orang beriman, tentu saja saya harus melakukan satu ikhtiar, yakni berobat sebagai sebuah upaya yang dilakukan oleh seorang manusia. Sembuhkah atau bertambah parahkah saya setelah berobat, itu diluar kekuasaan manusia. Manusia hanya bisa berbuat dan berdoa, soal hasil tunggulah tangan Allah yang akan bermain.

Sekarang kita mulai logikanya.

Anak sekolah yang hendak naik tingkat selalu harus melewati beberapa rangkain ujian. Begitu juga seorang karyawan, ia harus lulus test dan ujian tertentu untuk bisa naik posisi yang lebih tinggi dengan pendapatan yang lebih baik. Itu Artinya, untuk menjadi lebih baik seseorang senantiasa ‘wajib’ melewati berbagai ujian. Dan bisa dikatakan, setuju atau tidak setuju, setiap orang baik dan yang akan menjadi baik akan selalu menerima bermacam cobaan untuk menguji kualitas kebaikannya. Kalau ada anak yang tidak ingin ikut ujian, alternatifnya hanya dua; dia tidak sekolah atau dia tidak mau naik kelas. Kalau ada karyawan yang tidak disertakan dalam test kenaikan pangkat, bisa jadi dia memang dipandang belum layak untuk menduduki posisi lebih baik sehingga kemudian dinilai belum mampu melewati rangkaian test, atau mungkin karyawan tersebut memang sudah berniat untuk terus menjadi bawahan. Saya rasa yang kedua ini agak unik, kalau boleh dibilang mustahil.

Jangan dulu bicara soal hasil. Di sini kita hanya bicara soal ujian, ujian dan ujian yang mesti dilewati seseorang untuk mencapai derajat kebaikannya. Semestinya, setiap anak sekolah yang akan melewati ujian kenaikan kelas senantiasa semangat dan senang menghadapinya. Demikian juga dengan karyawan yang mendapat kesempatan melewati test kenaikan pangkat. Semakin sering mereka mendapatkan kesempatan itu, semakin besar peluang mereka memperoleh tingkat yang lebih tinggi.

Sekarang kembali kepada saya yang tersandung batu. Saya tak lagi mengeluh atau bahkan mengumpat dengan makian yang sarkas. Toh, seberapa banyak pun kalimat sarkas yang keluar dari mulut saya, ini sudah terjadi dan jempol kaki saya tetap berdarah. Syukuri saja, karena bisa jadi ini juga ujian dari Allah. Saat saya terbaring sakit dan sudah menghabiskan jutaan rupiah, namun jika akhirnya saya harus menghadap Allah karena tersandung batu trotoar tadi, Orang tua dan adik saya harus bersyukur karena mereka mendapatkan ujian ini dari Allah. Saya tentu tak ingin mereka marah, kecewa atau bahkan membenci Allah, karena semua itu takkan pernah bisa mengembalikan saya kepada mereka.

ada sebuah hadits qudsi mengatakan bahwa; Setiap ujian, musibah dan malapetaka yang Aku berikan kepada hamba-hamba-Ku sudah tercatat sebelumnya. Jika ada yang tak berkenan dengan semua itu, silahkan cari tuhan yang lain selain Aku. Silahkan cari bumi tempat berpijak selain bumi-Ku.

Memang tidak terlalu persis bunyinya seperti itu, tapi intinya saya ingin mengatakan, itu bukan marahnya Allah, justru itu Rahman (kasih sayang)-Nya Allah agar kita termasuk orang-orang yang baik, dan terus menjadi lebih baik karena senantiasa bersyukur atas cobaan, ujian dan musibah yang kita terima dengan ikhlas.
Wallaahu’a’lam.
== Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menunjuki kita ke jalan yang lurus. Amiin Ya Rabbal Alamiin.==
****Rito Kurniawan ~ als ~ Guntur Khatilistiwa Sahabat di dunia maya****

====*******======

Kisah Sebuah Jam

Kisah Sebuah Jam


Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetik paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?"

"Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" tanya si pembuat jam.

"Lapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" cadang si pembuat jam.

"Dalam satu jam harus berdetik 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam dengan penuh kesabaran kemudian berkata lagi kepada si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetik satu kali setiap detik?"

"Oh, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh semangat.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetik satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa kerana ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetik tanpa henti. Dan itu bererti ia telah berdetik sebanyak 31,104,000 kali.


Pesan dari semua itu adalah :

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang kita anggap mustahil untuk dilakukan sekalipun.

Memahami Watak Kehidupan

Memahami Watak Kehidupan

Sahabat, watak kehidupan memang tak pernah kita ketahui karena itu adalah mutlak hak Allah yang menghendaki. Ada saat dimana kebahagiaan selalu berpihak kepada kita, tetapi pada saat yang lain penderitaanpun begitu akrab menemani kehidupan.

Kita harus menyadari bahwa kehidupan, ia memang tidak akan memberi sesuatu kepada kita kecuali untuk mengambil sesuatu dari kita. Dan ia mengambil sesuatu kepada kita untuk kita bayar dengan seimbang. Maka jangan heran, jika keinginan-keinginan kita tidak tercapai kecuali harus melewati onak dan duri, seakan dunia ini menguji kita dengan beragam perjuangan dan pergulatan untuk mendorong kita agar mampu menghadapi dan mengalahkannya.

Bila kita telaah dengan dalam, sesungguhnya hidup ini tak lain dari perputaran antara kebahagiaan dan kesedihan, ada suka dan duka yang kita rasakan, ada lapang dan sempit dalam kehidupan. Membiasakan diri untuk bersabar menghadapi ujian dengan beragam tantangan, sangat membutuhkan tekad yang kuat dan mental yang mantap. Menyerah terhadap semua itu tidak akan membuahkan apa-apa selain kehinaan. Hanyut dalam kenestapaan hanya akan menyiksa keadaan dan membiarkan diri terpuruk dalam keputusasaan hanya akan membuka peluang kesedihan.

Setiap kita suka atau tidak suka harus mampu menghadapi apapun pesoalan yang tidak kita sukai, karena sejauh apapun kita berlari untuk sembunyi, semua itu tidak akan merubah ketetapan Ilahi. Yakinlah, bahwa langit tak selamanya mendung, awan kelabu pasti berlalu. Rasulullah seakan menghibur kita dengan sabdanya:

“Alangkah mengagumkan keadaan orang mukmin, karena semua urusannya itu baik baginya. Bila ia mendapat nikmat (kebahagiaan) maka dia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah (kesusahan) maka ia bersabar dan itu menjadi kebaikan pula baginya”. (HR. Muslim)

Dan watak kehidupan yang lain adalah bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Artinya selalu berubah keadaan, termasuk segala kesulitan yang kita derita. Ia tidak selamanya bersemayam pada kehidupan kita. Akan ada kemudahan bersama datangnya kesulitan. Allah berfirman:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahn. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ( Qs.Alam Nasyrah : 5-6 )

Dalam ayat ini di jelaskan: Sesungguhnya “bersama” kesulitan itu terdapat kemudahan, dan tidak di ungkapkan dengan ungkapan; ( Sesungguhnya “sesudah” kesulitan itu terdapat kemudahan), jadi yang di gunakan kedua ayat ini adalah kata ma’a (bersama) dan bukan ba’da (sesudah). Apa artinya; artinya ungkapan ini bertujuan untuk menyatakan bahwa kemudahan akan datang sesudah itu dalam waktu yang amat dekat hingga seakan-akan kemudahan itu datang bersamaan dengan kesulitan itu sendiri.

Juga merupakan suatu pernyataan bahwa setiap kesulitan akan disusul dengan kemudahan yang lebih banyak. Sunatullah telah mengajari kita; bahwa ketika penderitaan telah sampai pada puncaknya, maka hal itu akan mengisyaratkan bahwa telah mendekatkannya kemenangan dan pertolongan.

*****
Sesungguhnya hidup ini tak lain dari perputaran antara kebahagiaan dan kesedihan, ada suka dan duka yang kita rasakan,ada lapang dan sempit dalam kehidupan.dan ada kemudahan setelah datang kesempitan”
*****
Selanjutnya: Berfikirlah yang realistis

Bila Derita Tidak Kunjung Reda

Bila Derita Tidak Tunjung Reda

“Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada mu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekuranga harta dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar,yaitu orang-orang yang jika ditimpa suatu musibah mereka berkata,”Sesungguhnya kita ini milki Allah dan kepada-Nyalah kita kembali", merekalah orang-orang yang mendapat salam kesejahteraan dan rahmat dari Rabb mereka. Dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs. Al-Baqarah [2]: 155-157).
Ketika penderitaan datang dan tak mau pergi. Sering kebanyakan dari kita tidak mampu menyikapinya. Perasaan sedih, kesal, jengkel, marah berkecamuk menjadi satu. Putus asa, adalah sikap yang sering kita temukan pada orang-orang yang terus di selimuti penderitaan.
Watak kehidupan memang tak pernah kita ketahui, karena itu adalah mutlak hak Allah yang menghendaki. Ada saat dimana kebahagiaan selalu berpihak kepada kita, tetapi pada saat yang lain penderitaanpun begitu akrab menemani kehidupan.
Kita harus menyadari bahwa kehidupan, ia memang tidak akan memberi sesuatu kepada kita kecuali untuk mengambil sesuatu dari kita. Dan ia mengambil sesuatu kepada kita untuk kita bayar dengan seimbang.
Goresan sederhana ini tentu saja tidak langsung merubah penderitaan menjadi kebahagiaan. Ini hanyalah usaha kecil yang diharapkan mampu menjadi jembatan menuju kesadaran diri tentang bagaima kita mengawali langkah hidup yang lebih membahagiakan. Dan paling tidak menambah hasanah ilmu disamping tulisan-tulisan sejenis yang lebih berkualitas.
Semoga saja ringkasnya tulisan ini, besar manfaatnya. Dan atas setiap kesalahan yang terdapat dalam materi ini, penulis berharap kritik dan sarannya. Terimakasih atas waktunya, yang telah meluangkan sejenak waktu untuk membaca materi ini.
Hidup adalah perjuangan
Saudara yang budiman
Diantara kebijakan Allah adalah Dia tidak pernah menempatkan hamba-hamba-Nya hidup ditengah lingkungan yang dengan sendirinya dapat memberi kebaikan tanpa usaha. Tetapi Allah menghidupkan kita ditengah-tengah keadaan yang mengharuskan kita berjuang. Bukankah hidup itu sendiri adalah arena tempat kita berjuang.
Kesulitan hidup yang terus kita rasakan sesungguhnya adalah cambuk yang paling mujarab, agar kita bergegas untuk merubah keadaan. Karena penderitaan dan kesulitan inilah, seringkali kita mampu menemukan jalan yang terbentang, dan akan terlihat kualitas hidup kita. Hidup tidak ada artinya jika hanya memiliki satu warna.
“Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada mu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekuranga harta dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar,yaitu orang-orang yang jika ditimpa suatu musibah mereka berkata,” Sesungguhnya kita ini milki Allah dan kepada-Nyalah kita kembali",”merekalah orang-orang yang mendapat salam kesejahteraan dan rahmat dari Rabb mereka. Dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs. Al-Baqarah [2]: 155-157)
Saudara yang budiman
Warna hidup selalu berpariasi dalam setiap episode. Hidup yang di penuhi keceriaan pada suatu hari, maka akan datang kedukaan pada hari yang lain. Kebahagiaan di dunia ini hanyalah mimpi dalam tidur, atau bagaikan bayangan yang pasti akan hilang.
Jika kehidupan dunia ini menjadikan kita tertawa sejenak, maka suatu saat kehidupan dunia akan menjadikan kita bersedih, kenikmatan yang sekejap akan datang kesedihan yang panjang.
Hidup ditengah terpaan gelombang penderitaan memang sangat menyakitkan, hidup yang tak henti didera kemalangan memang sangat tak mengenakan dan hidup yang selalu diwarnai cobaan memang teramat sangat memilukan. Tapi sadarilah, kita tak akan menjadi jauh lebih baik ketika membiarkan kita hanyut oleh terpaan badai cobaan.

Iman, Kunci Ketenangan


Iman, kunci ketenangan

Orang yang beriman diibaratkan sebuah gunung yang tegar. Sekalipun dunia disekeliling gocang, angin topan menerjang, petir bergemuruh, sungai meluap banjir, dan gelombang lauatan menggunung, tetepi ia tetap tegar tidak bergeming, kokoh tidak tergoyahkan. Ia menancapkan kakinya dihamparan pintu kekuasaan Allah, meletakkan tangannya dalam naungan kasih sayang Allah, serta mempertautkan kehidupannya dengan Allah.

Dan selogan yang selalu di pegang oleh orang beriman adalah apa yang telah di firmankan Allah kepada Rasul-Nya:
“Katakanlah: “sekali-kali tiak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allaha orang-orang yang beriman harus bertawakkal”. (Qs. At-Taubah [ 9 ]:51).

Orang yang tidak mempunyai keimanan yang benar akan selalu menderita kehampaan rohani dan selalu merasakan kesempitan diri. Tetapi orang yang beriman dengan benar hidupnya selalu diselimuti rasa aman dan kedamaian pikiran.

Apabila hati di penuhi oleh iman, maka seluruh indra, perasaan dan anggota tubuh tergerak untuk melakukan kebaikan dan amal sholeh. Dan setiap iman bertambah dalam hati, maka kekuatan kebaikanpun akan bertambah, lalu hati seorang mukminpun akan terasa lapang. Kelapangan dada adalah buah sifat qona’ah. Lebih dari iti, iman merupakan kekuatan yang mampu menanamkan ketenangan dalam jiwa , rasa aman dan damai dalam hati.

Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanana mereka ( yang telah ada”.
Qs. al-fath [48 ]:4).

Dr. Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan, Iman adalah kekuatan pendorong yang memberikan stimulus kepada manusia untuk memberi dan membangun, mengerjakan kebajikan serta berlomba-lomba menuju kebaikan. Ibnu Khaldun menambahkan; bahwa bahagia dan tidaknya seseorang berangkat dari mampu dan tidaknya seseorang memenuhi kebutuhan keinginannya ( dalam bentuk positif).

Dan orang bahagia adalah mereka yang bisa menerima (qonaah) kenyataan hidupnya, bisa menerima segala yang ada pada dirinya. Akan tetapi percaya bahwa di balik kepahitan pasti ada kesejahteraan yang lebih lama. Seperti orang yang minum obat, pahit dikala meminumnya, tetapi setelah di minum hadir kesehatan yang lebih lama dari pahitnya rasa. Hidup dalam kesadaran akan betapa dekatnya Tuhan terhadap diri kita, bisa menghalau awan kegelisahan dan akan menghadirkan semangat hidup yang menggelora. Kita tidak dapat hidup dalam kesadaran akan dekatnya Allah dan pergi kemana-mana dalam kemurungan dan kegelisahan. Bila kita yakin bahwa Allah selalu bersama kita.

Meredam Gelisah Hati


Meredam Gelisah Hati

Saudara yang budiman
Sahabat, Sejak dulu hingga hari ini, berbagai pergulatan dan hidup terus kita lakukan demi sebuah kebahagiaan, bila perlu nyawapun kita pertaruhkan. padahal, sejauh apapun kita melangkah untuk mengejar kebahagiaan tak akan pernah kita dapatkan, kalau tolak ukurnya adalah keduniaan. Sebab sifat dunia tak pernah memberi kepuasaan.

Dan ketidak puasan itulah faktor utama penyebab ketidak bahagiaan, dan akhirnya perasaan gelisah selalu datang. Selain ketidakpuasan menerima kenyataan, ketidaksabaran juga merupakan pintu masuk kegelisahan. Sebab orang yang tidak sabar menantikan sesuatu hidupnya selalu gelisah.

Akhirnya, hanya satu kiat yang dapat meredam gelisah hati dan mendatangkan kebahagiaan yang hakiki, yaitu hadirkan sifat qona’ah (menerima) apa yang telah Allah berikan. Sebab orang yang qona’ah terhadap apapun yang diberikan jiwanya akan tenang. Hatinya tidak menuntut mencapai sesuatu yang tidak ditakdirkan baginya dan tidak melirik kepada orang yang berada diatasnya. Tentu saja sifat ini tidaklah hadir dengan sendirinya tanpa faktor utama yang mendorongnya. Dan faktor itu adalah keimanan yang benar dan amal sholeh yang ikhlas.

Ketenangan bathin (muthmainnah qalbu) selalu menghiasi orang-orang yang selalu qonaah. Ekspresi dan perbuatan lahirnya senantiasa terkendali. Maka yang nampak dari luar adalah pribadi yang benar-benar tenang, mantap dan penuh wibawa. Rasulullah menasehati kita agar dalam menjalani hidup jangan tergesa-gesa, sebab sikap itulah yang menyebabkan kegelisahan selalu datang. Beliau bersabda: “Wahai manusia, bersikap tenanglah kalian, karena kebaikan itu tak pernah ada dalam ketergesa-gesaan” (Hr. Bukhari dan Muslim)

Orang yang qonaah selain memiliki ketenangan juga memilki pendirian yang kuat, ia sadar akan segala kelemahan yang ada padanya dan beersandar hanya kepada Allah semata.

Materi Selanjutnya Insya Allah: Kunci Agar Tidak Gelisah

Jumat, 18 November 2011

~ Berapa Nilai Harga Dirimu, Saudaraku ? ~




Kita makhluk yang paling mulia yang telah diciptakan oleh Allah SWT, makhluk yang paling kuat karena ternyata dari sekian ratus ribu sel sperma yang berjuang untuk hidup, kita lah pemenangnya. Pernahkah kita berpikir untuk memberikan berapa nilai dari diri kita? Apakah harga diri kita hanya sebatas dunia yang ingin kita kuasai, emas, perak atau berlian yang ingin kita miliki?

Padahal jelas - jelas Rasulullah bersabda, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi : “Dunia ini terkutuk, semua yang ada di dalamnya terkutuk, kecuali dzikir kepada Allah, hal-hal yang bersangkutan dzikir, seorang ‘alim dan seorang pelajar.” Dunia dengan emas dan peraknya, kekuasan dan jabatan yang selalu ingin kita kejar, kemewahan dengan rumah megahnya, sama sekali tidak berhak mengalirkan setetes pun air mata kita. Terkadang kita melupakan bahwa dunia ini hanyalah titipan buat kita.

Harta dan keluarga tak lain adalah barang titipan, dan suatu saat barang titipan itu akan dikembalikan.

Tapi sekali lagi, terkadang kita benar-benar melupakannya, selalu setiap bergantinya hari yang kita pikirkan hanyalah bagaimana agar bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita perlukan, dan pernahkah kita berpikir, apakah saudara-saudara kita di luar sana membutuhkan bantuan kita hanya untuk sekedar makan hari ini?, pernahkah terbersit sedikit saja dipikiran kita bahwa mereka sebenarnya meminta bantuan kita, hanya saja kita selalu membutakan mata dan menulikan telinga kita untuk mereka?

Lalu, apakah kita juga mengetahui kalau setiap jiwa mukmin itu lebih berharga dari dunia dan seisinya?, Dan pernahkah kita sedikit saja merenung, bahwa semua kekayaan dan kedudukan yang kita miliki bisa menangguhkan bahkan menghambat maut dari kita, dapat menolong kita dari siksa dan azabnya Allah?, Jika kita tahu jawabannya tidak, lalu kenapa kita masih selalu saja menghargai diri kita hanya sebatas harta, emas dan perak?

Demi hidupmu, kekayaan takkan memberi manfaat kepada seorang pun ketika dada sudah tersengal dan sesak (Hatim Ath-Thai)

Pertanyaannya adalah seberapa besarkah nilai kita sebagai seorang manusia yang mulia dan manusia yang terpilih?

Hasan Al-Bashri mengatakan, ”Jangan tentukan harga dirimu kecuali dengan surga. Jiwa orang yang beriman itu mahal, tapi sebagian dari mereka justru menjualnya dengan harga yang murah.”

Sayangnya, hanya sebagian kecil dari kita yang menyadari kalau jiwa kita sebagai makhluk yang beriman sangatlah mahal, atau mungkin kita selalu berpikir kalau harta dan dunia ini lebih berharga dan lebih mahal dari sebuah jiwa yang beriman, sehingga yang sering kita tangisi adalah di saat kita kehilangan uang, kebakaran rumah yang mewah, kehilangan pekerjaan, kita tidak pernah merasa menyesal dan menangis ketika hati kita mulai terasa mati dan jauh dari Allah, tidak pernah ada air mata ketika kita mengingat semua dosa-dosa yang telah kita perbuat, lalu jika sudah seperti ini, apa lagi yang bisa kita harapkan untuk membantu diri kita di hari akhir nanti?, dan jika ketaatan kepada Rabb sudah tidak ada lagi, maka dapatkah terwujud untuk mendapatkan cinta-Nya dan bertemu dengan-Nya dalam keadaan terbaik?

Subhanallah, ketika menuliskan catatn dan artikel ini pun, saya berusaha untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada, akankah keinginan ku untuk memiliki sebuah rumah di syurga-Nya dan kalian semua menjadi tetangga saya disana di syurga-Nya, dapat terwujud? Insyaallah, Amin.

******Salam Jiwa*******
From : Rito Kurniawan bin Guntur Khatulistiwa Sahabat di Dunia Maya

Warna Kehidupan

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 2 : 155-157)
Hidup tidak akan berkesan jika hanya memiliki satu warna. Warna hidup kita ditentukan dari pilihan-pilihan dan bagaimana cara kita menyikapi hidup. Warna hidup selalu berpartisipasi dalam setiap episode perjalanan hidup. Hidup yang dipenuhi keceriaan pada suatu hari, maka akan datang kedukaan yang panjang pada hari yang lain. Terkadang kita bisa tertawa karena bahagia, kadang juga ada tangis karena kecewa. Kenikmatan yang sekejap akan datang kesedihan yang panjang.
Watak kehidupan tak pernah kita ketahui, karena itu adalah mutlak milik ALLAH yang menentukan. Kesulitan hidup yang kita rasakan sesungguhnya adalah cambuk yang paling mujarab, agar kita bergegas untuk mengubah keadaan. Karena penderitaan dan kesulitan inilah seringkali kita mampu menemukan jalan yang terbentang, dan akan terlihat kualitas hidup kita.
“Dan sesungguhnya Kami akan benar-benar menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik-buruknya) hal ikhwalmu.” (QS 47:31)
Sahabat, dalam kehidupan yang kita jalani akan sering menemukan empat kenyataan besar, yaitu :
1. Keadaan ketika sedang mendapat kenikmatan
2. Keadaan ketika kita sedang beristirahat dan menemukan problematika kehidupan, dan ini dirasakan oleh semua golongan manusia
3. Keadaan saat kita tertimpa musibah
4. Keadaan ketika kita sedang dalam ketaatan yang sempurna.
Seandainya kita bisa memilih, tentu kita akan memilih kebaikan dari pada keburukan, kita akan memilih kebahagiaan dari pada kesulitan. Tetapi lagi-lagi, warna hidup bukan kita yang menentukan. ALLAH yang Maha Tahu atas segala sesuatu. Dan setiap pilihan ALLAH pastilah yang terbaik untuk manusia.
Ketahuilah, setiap manusia pasti akan menemukan masalah dalam kehidupannya. masalah adalah bagian dari kehidupan yang tidak terelakkan. Perhatikan lagi ayat ALLAH :
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS 21 : 35)
Ayat ini seakan memberi isyarat bahwa permasalahan adalah sunatullah yang pasti datang dalam bentuk yang berbeda-beda pada setiap orang. Ada orang yang mengatakan ‘hidup adalah masalah, jika tidak ingin bermasalah, jangan hidup’. Ungkapan ini ada benarnya, bahwa kita akan terbebas dari masalah jika kita sudah terbujur kaku dan tidak ada lagi tarikan napas. Tetapi ini hanya ketika kematian terjadi, di mana permasalahan kehidupan dunia otomatis berakhir.
Namun tidak berarti permasalahan selesai pada titik itu, sebab setelah kehidupan dunia ada kehidupan lain yang harus kita hadapi, yaitu yaumul hisab (hari perhitungan). ‘Hidup yang dipenuhi keceriaan pada suatu hari, maka akan datang kedukaan yang panjang pada hari yang lain. Terkadang kita bisa tertawa karena bahagia, kadang juga ada tangis karena kecewa. Kenikmatan yang sekejap akan datang kesedihan yang panjang.’