Jenis – Jenis Strategi Pembelajaran
Oleh
Rito Kurniawan Spd
Strategi pembelajaran merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru,
dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang
sangat penting atau dominan.
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru antara lain:
A. Strategi pembelajaran ekspositori
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal.
Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru,
dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang
sangat penting atau dominan.
Dengan menggunakan
strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Ekspositori
- Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol
urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat
mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
- Strategi pembelajaran ekspositori
dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai
siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar
terbatas.
- Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran
juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
- Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
strategi ekspositori ini dilakukan melalui metode
ceramah,
namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan
pembelajaran. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih
dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan
terukur. Hal ini sangat penting untuk dipaham, karena tujuan yang
spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan
strategi pembelajaran.
2. Kelemahan Strategi Ekspositori
Disamping memiliki keunggulan, strategi ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
- Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap
siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk
siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan
strategi yang lain.
- Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu
baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta
perbedaan gaya belajar.
- Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan
sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,
hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
- Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori
sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan,
pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan
berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan
kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran
tidak mungkin berhasil.
- Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak
terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa
sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa
yang diberikan guru.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak ada satu
strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan
strategi pembelajaran yang lain, baik tidaknya suatu strategi
pembelajaran isa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pembelajaran Ekspositori
B. Strategi pembelajaran inquiry
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini
sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Strategi
pembelajaran inquiry
merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada
siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam
strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu:
1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)
Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
- Strategi pembelajaran inquiry
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
- Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
- Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
- Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya
siswa yang memiliki kemampuan belajar baik tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
2. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)
Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di antaranya yaitu:
- Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
- Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam beljar.
- Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
- Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry
akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran inquiry
ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran
tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.
C. Strategi pembelajaran berbasis masalah
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam
strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;
- Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak
mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian
menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran
berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
- Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah
sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
tidak mungkin ada proses pembelajaran.
- Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir
ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris
artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang
jelas.
Dari penjelasan di atas dengan menggunakan strategi
pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
- Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
- Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
- Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
- Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
- Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
- Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
- Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
- Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
- Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang
harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran
adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan
sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini
adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi
dari berbagai fenomena yang ada.
2. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi
pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
- Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
- Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
- Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.
D. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam
pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada
siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri
konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus
dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah
model pembelajaran
yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajarkan.
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi
pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan
gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan
dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan
ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan
sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil
pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh
dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial
sesuai dengan taraf perkembangan anak.
E. Strategi Pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting
dalam strategi
pembelajaran kooperatif
yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok,
(c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan yang
harus dicapai dalam kelompok belajar..
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh
penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan.
F. Strategi pembelajaran kontekstual /Contextual Teaching Learning
1.
Pengertian Contextual Teaching Learning (CTL)
Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari
usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru
ketika ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan
(modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
2. Landasan Filosofi
Landasan filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah
kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan
menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada
filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an
yang menekankan pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
- Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)
- Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge)
dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan
detailnya.
- Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara
menyusun (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar
mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep
tersebut direvisi dan dikembangkan
- Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
- Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut
Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk
dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri
pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari.
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching Learning CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan.
Siklus Inqiry antara lain :
- Observasi
- Bertanya
- Mengajukan dugaan
- Pengumpulan data
- Penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu:
Contoh : bagaimanakah silsilah raja-raja bani Abbasiah
b) Mengamati atau melakukan observasi
Contoh : membaca buku atau sumber lain untuk mendapat informasi pendukung
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan., table, dan lainnya.
Contoh : siswa membuat bagan silsilah raja-raja bani Abbasiah.
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru atau audien yang lain.
Contoh : karya siswa didiskusikan bersama-sama
4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
|
|
|
|
Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
|
Siswa adalah penerima informasi secara pasif
|
|
Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.
|
Siswa belajar secara individual
|
|
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau yang disimulasikan
|
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
|
|
Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri
|
Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan
|
|
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
|
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
|
|
Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri
|
Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) rapor
|
|
Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan
|
Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
|
|
Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata
|
Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan
|
|
Pemahaman siswa dikembangkan atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa
|
Pemahaman ada di luar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal
|
|
Siswa menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat dalam
mengupayakan terjadinnya proses pembelajaran yang efektif, ikut
bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan
membawa pemahaman masing-masing dalam proses pembelajaran
|
Siswa secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca,
mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide
dalam proses pembelajaran
|
|
Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu
sendiri. Manusia diciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara
memberi arti dan memahami pengalamannya
|
Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada di luar diri manusia
|
|
Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri,
sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan
itu selalu berkembang.
|
Bersifat absolut dan bersifat final
|
|
Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing
|
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
|
|
Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
|
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
|
|
Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll.
|
Hasil belajar hanya diukur dengan hasil tes
|
|
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
|
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
|
|
Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
|
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
|
|
Perilaku baik berdasar motivasi intrinsic
|
Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik
|
|
|
|
|
Seseorang berperilaku baik karena ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
|
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenagkan
|
Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching Learning (CTL)
G. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi
pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan
nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu
memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi
penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan
hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap
sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah
kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya
dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan,
sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin
sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan
keluarga.
Strategi pembelajaran afektif
pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik
atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa
dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.